Jumat, 08 November 2013

ADAT ISTIADAT SUKU TORAJA



Adat Istiadat Dan Sejarah Suku Toraja


Adat Istiadat Dan Sejarah Suku Toraja sebagai Anak Asal Sulawesi merupakan hal wajib bagi saya memperkenalkan budaya orang sulsel Maka pada kesempatan kali ini Admin Bloger bugis akan mengajak kepada pembaca untuk mengenal adat suku toraja, memang Menurut mitos dan kepercayaan yang berkembang di masyarakat, saat ini Suku Toraja yang masih ada hanyalah kaum pendatang saja. Karena suku yang asli turun dari nirwana dan bermukin di Pulau Lebukan.


Dari Lebukan kemudian mereka mendatangi pulau Sulawesi dan tinggal di daerah danau Tempe yang didiami suku Bugis. Lalu sebagian warga Bugis ini ada yang pindah ke Kandora dan Enrekang.
Mereka inilah yang kemudian disebut sebagai suku Toraja. Sedangkan daerah yang merupakan tempat tinggalnya dinamakan Tana Toraja.

Kehidupan dan Kepercayaan Suku Toraja
Dalam kehidupan bernegara, suku Toraja membagi wilayahnya menjadi lima bagian daerah yang meliputi Makale, Sangala, Mengkendek, masing-masing wilayah ini punya pimpinan yang dipanggil dengan sebutan Puang. Kemudian untuk daerah Rantepao nama pimpinannya adalah Parengi. Sedang wilayah Toraja Barat dinamai Ma’dika.

Untuk kepercayaan, orang suku Toraja menganut sistem yang agak sama dengan agama Hindu. Yaitu terdapat perbedaan tingkat atau kasta yang dinamakan dengan Alukta. Tingkat kepercayaan ini juga ada empat yaitu, Tana’bulaan, Tana’bassil, Tana’karurung dan Tana’kua-kua.

Adat Istiadat Suku Toraja
Suku Toraja selama ini dikenal sebagai salah satu suku yang sangat taat dalam menjalankan ritual adatnya, yang terbagi dalam dua golongan besar. Maing-masing adalah tradisi untuk menghadapi kedukaan atau sering disebut Rambu Solok dan tradisi untuk menyambut kegembiraan yang dinamakan dengan Rambu Tuka. Masing-masing tradisi ini masih mempunyai tujuh tahapan upacara.

Dalam masyarakat Suku Toraja, sampai saat ini masih banyak yang memegang kepercayaan peninggalan para leluhurnya. Maka tidak mengherankan bila kedua tradisi tersebut masih sering diadakan sampai saat ini.

Upacara Rambu Tuka, selalu berhubungan dengan meninggalnya seseorang. Maka upacara ini dimulai dengan mempersiapkan penguburan bagi orang yang meninggal. Dalam upacara ini sering dilaksanakan dengan mengadakan adu ayam, kerbau serta menyembelih binatang babi yang jumlahnya cukup besar.

Kuburan yang digunakan untuk menguburkan jenasah terbilang istimewa. Karena jenasah tersebut diletakan pada tempat yang khusus, yaitu di sebuah gunung yang berbatu dan diberi lubang dan bentuknya seperti gua kecil. Jadi jenasah tersebut tidak dikubur sebagaimana umumnya, namun diletakan di dalam lubang gua tersebut.

Sementara itu untuk upacara tradisi Rambu Tuka yang merupakan pesta kebahagiaan, biasanya diadakan untuk menyambut kelahiran seorang bayi, pesta pernikahan dan lain-lain.

Rumah Adat Suku Toraja
Rumah Suku Toraja dibangun dengan menggunakan kayu yang ditumpuk serta diberi hiasan ukiran yang mengambil warna dominan merah, kuning serta hitam. Nama rumah ini adalah Tongkonan yang artinya duduk.

Tongkonan atau rumah bagi suku ini bukan merupakan tempat tinggal saja. Melainkan juga untuk menjalankan kehidupan spiritual atau rohani. Karena menurut kepercayaan mereka, Tongkonan pada jaman dulu ketika pertama kali dibangun, lokasinya berada di surga dan memakai tiang utama yang jumlahnya ada empat. Maka ketika berada di bumi, bangunan tersebut juga difungsikan untuk berkomunikasi dengan arwah leluhur mereka.

Suku Toraja adalah suku yang menetap di pegunungan bagian utara Sulawesi Selatan, Indonesia. Populasinya diperkirakan sekitar 1 juta jiwa, dengan 500.000 di antaranya masih tinggal di Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Toraja Utara, dan Kabupaten Mamasa. Mayoritas suku Toraja memeluk agama Kristen, sementara sebagian menganut Islam dan kepercayaan animisme yang dikenal sebagai Aluk To Dolo. Pemerintah Indonesia telah mengakui kepercayaan ini sebagai bagian dari Agama Hindu Dharma.

Kata toraja berasal dari bahasa Bugis, to riaja, yang berarti "orang yang berdiam di negeri atas". Pemerintah kolonial Belanda menamai suku ini Toraja pada tahun 1909. Suku Toraja terkenal akan ritual pemakaman, rumah adat tongkonan dan ukiran kayunya. Ritual pemakaman Toraja merupakan peristiwa sosial yang penting, biasanya dihadiri oleh ratusan orang dan berlangsung selama beberapa hari.

Sebelum abad ke-20, suku Toraja tinggal di desa-desa otonom. Mereka masih menganut animisme dan belum tersentuh oleh dunia luar. Pada awal tahun 1900-an, misionaris Belanda datang dan menyebarkan agama Kristen. Setelah semakin terbuka kepada dunia luar pada tahun 1970-an, kabupaten Tana Toraja menjadi lambang pariwisata Indonesia. Tana Toraja dimanfaatkan oleh pengembang pariwisata dan dipelajari oleh antropolog.

Masyarakat Toraja sejak tahun 1990-an mengalami transformasi budaya, dari masyarakat berkepercayaan tradisional dan agraris, menjadi masyarakat yang mayoritas beragama Kristen dan mengandalkan sektor pariwisata yang terus meningkat.

0 komentar:

Posting Komentar